Selasa, 14 April 2009

Tak ada yang tahu


Tak ada yang tahu

Aku tak mau terjebak oleh rasa itu…

Karna talah berulang kali ku alami…

Tapi aku tak bisa..tak bisa lepas dari anugerahMu..

Anugerah yang terindah yang pernah kumiliki…

Biarlah semua berjalan sesuai waktu…

Sesuai kemampuanku..

Kerena aku memang hambaMu..

Hamba yang kan selalu setia menjalankan perintahMu…

Bayang

Akankah dia seorang bidadari dari surga..

Yang sengaja Tuhan datangkan khusus untukku..

Ataukah dia hanya bayang semu masa laluku..

Aku bingung…semua rasa sudah berkecamuk dalam hatiku…

Dan akupun sudah mulai lelah tuk menunggu..

Sementara waktu terus berlalu…

Tukang Rujak

Siang itu jogja panas sekali. Begitu panasnya membuat tenggorokan ini semakin kering saja, setengguk air putih tak juga dapat menghilangkan rasa dahaga itu. Sambil melihat siaran berita siang akupun menunggu, siapa tau ada sesuatu yang lewat depan rumah mungil ber cat hijau yang aku sewa bareng - bareng teman seperjuanganku di jogja. Benar saja tak lama Sayup sayup bunyi pukulan tutup “ketel“ mulai terdengar dan kian lama kian mendekat rasanya,ternyata betul seonggok gerobak mungil dengan sat biru laut yang sudah keliatan usang mulai mendekat ke jalan depan omah idjo (sebutan anak- anak untuk kontraanku) ha..ha..ha..

Rupanya orang jualan rujak, tak apalah kataku lumayan panas- panas makan rujak sueger kali ya.. akhirnya ku panggil bapak setengah tua penjual rujak tersebut. Akupun pesan satu porsi rujak dengan bumbu yang full pedes tentunya. Sambil menunggu pesenanku jadi aku ambil selembar uang lima ribuan tuk membayarnya.

”berapa pak?..”

“tiga setengah mas” jawab bapaknya dengan raut muka yang agak lelah.

“ini pak!?..” sambil memberikan selembar uang lima ribuan tadi. Penjual tersebut membuka kotak uangnya yang mulai terisi oleh pundi – pundi rupiah.

“ini kembalianya mas..”

“makasih pak..” jawabku

“ sama – sama “ penjual itu pun menimpalinya.

Transaksi jual beli pun selesai.Namun sebelum dia pergi Sambil melongok kedalam ruang tamu kontraanku, dia mengomentari liputan berita TV tentang banjir yang ditimbulakan sungai benganwan solo.Terlihat mimik sedih yang terpancar dari raut wajahnya.mulai kubuka obrolan denganya.

“daerah bapak juga kena banjir?!” Tanyaku penuh selidik.

“iya mas, kemarin keluarga di kampung telepon, katanya udah sampai sedengkul”

“terus sekarang gimana pak?!”

“ya masih mas, masih blum surut.barang – barang basah semua”

aku pun mencoba tuk membayankan apa yang terjadi.sementara itu si penjual rujak tadi berkata “yah..namanya juga cobaan mas,mau gak mau kita hurus jalani, siapa tau ada maksud lain dari kejadian itu semua.mari mas..”.Sambil kembali mendorong gerobak usangnya si penjual rujak itu pergi, dan berusaha tuk menata hatinya kembali…

Semoga saja tuhan mendengar apa yang dirasakan si tukang rujak. Dan juga si tukang rujak, semoga saja dia dapat menghadapi cobaan itu. Hai tukang rujak, semoga saja hidupmu tak sepedas rujakmu…